Laman

Cari Blog Ini......

Sabtu, 19 Februari 2011

Akibat Sombong

Rasulullah mengajarkan bahwa kemenangan datang dari Allah. Banyaknya pasukan dan perbekalan tidak menjamin kemenangan kaum muslimin. Ketika kaum muslimin lupa memohon kepada Allah, maka Allah membuat mereka gagal dan kalah perang, seperti yang terjadi pada Perang Hunain.
Pada perang Hunain, pasukan Islam sesumbar, “Kali ini kita tidak mungkin kalah! Karena jumlah pasukan kita 12 ribu orang.”
Pasukan itu adalah gabungan pasukan Muhajirin, Anshar dan orang Makkah yang baru masuk Islam. Sedangkan musuh yang mereka hadapi adalah orang badui dari kabilah Hawazin dan Tsaqif.
Pasukan musuh dipimpin oleh Malik bin Auf yang dikenal pemberani. Ia adalah ketua suku Hawazin yang sangat mengenal lembah dan tebing wilayah Hunain.
Pasukan musuh tiba lebih dulu di Hunain. Malik segera menyuruh pasukannya bersembunyi di celah-celah tebing, agar bisa menyerang secara mendadak. Kaum muslimin baru tiba di Hunain pada 10 Syawal. Mereka tidak tahu bahwa Malik bin Auf dan pasukannya sudah siap menyerang.
Sesampainya di lembah Hunain, Rasulullah memerintahkan mereka beristirahat. Sebagian pasukan berjaga-jaga dan tidak tidur. Sepanjang malam, Rasulullah shalat dan berdoa memohon kemenangan.
Menjelang subuh, Rasulullah membariskan pasukannya. Beliau membagi tugas dan mengatur strategi. Saat tulah, tiba-tiba pasukan Hawazin menghujani pasukan Islam dengan anak panah secara bertubi-tubi. Pasukan Islam pun kocar kacir. Kuda dan unta berlarian. Masing-masing menyelamatkan tanpa mempedulikan temannya.
Di tengah kekacauan itu, Rasulullah menyeru dengan suara lantang. “Kemarilah wahai pasukanku. Aku adalah rasul Allah. Aku adalah Muhammad bin Abdullah.” Tapi, mereka tak peduli lagi dan tetap melarikan diri. Hingga hanya beliau dan beberapa orang Muhajirin yang tersisa.
Meskipun demikian, Rasulullah tidak gentar menghadapi musuh. Pada saat orang lari menjauh dari musuh, beliau memacu keledainya ke arah musuh. Beliau berseru, “Inilah aku sang Nabi dan bukan pendusta. Inilah aku, anak cucu Abdul Muthallib.”
Abu Sufyan bin Harits langsung memegang tali kekang keledai itu bersama dengan Abbas paman Nabi. Keduanya berusaha menahan nabi agar tidak maju ke depan karena tidak ada pasukan yang melindunginya. Lalu beliau turun dari kendaraannya dan berdoa, “Ya Allah, turunkan pertolongan-Mu.”
Kemudian, Abbas berteriak dengan lantang guna memanggil kaum Muhajirin dan Anshar. “Manakah orang yang berikrar di bawah pohon Hudaibiyah?”
Teriakan Abbas ini mampu menyadarkan pasukan yang kocar-kacir. Tak lama kemudian, para sahabat mulai mendekat dan mengerumuni Rasulullah. Orang-orang Anshar dari kabilah Aus dan Khazraj yang mendengar seruan itu, juga kembali ke medan perang. Hingga berhimpun pasukan yang cukup banyak dan siap tempur.
Pertempuran pun kembali berkecamuk. Kedua pasukan saling melancarkan serangan panah. Di tengah pertempuran, Rasulullah memungut pasir dan melontarkannya ke arah musuh. Lemparan Nabi membuat penglihatan musuh terganggu debu dan pasir hingga mereka sulit untuk melihat. Allah pun menurunkan pertolongan. Hingga, tak lama kemudian musuh dapat ditaklukkan. Tak kurang dari 70 pasukan Tsaqif terbunuh. Sisanya menjatuhkan senjata dan mengaku kalah.
Peperangan ini diabadikan Allah dalam Al-Quran, surat At-Taubah: 25-26. Allah mengingatkan bahwa jika orang Islam sombong, lebih mengandalkan jumlah serta kekuatan dan tidak mau memohon pertolongan Allah mereka akan kalah. Tapi, jika ummat Islam segera sadar lalu bergantung kepada-Nya, Allah akan memberi kemenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar